Games of Life: Mobile Legends - Veil of Fire


"Hanya tersisa 5 tahun... Tidak bisakah kau menunggu, Vale?!"

Kobaran api terlihat jelas di puncak Gunung Inferno of Fire, dimana dua pemuda menyerang satu sama lain dengan elemen mereka masing-masing, memperebutkan suatu idealisme yang berbeda.

Sembari berusaha menghindari kobaran api tersebut, pemuda berkulit gelap itu juga berusaha menyembunyikan kebenaran di dalam hatinya. Ia pun tak henti-hentinya memberi serangan balasan berupa tiupan angin yang sangat kuat dan tajam yang bisa merobek apapun yang dilewatinya. Hingga akhirnya kedua elemen mereka bertemu satu sama lain dan membentuk kilatan cahaya.
|
|
|
|

Berhari-hari telah berlalu semenjak aku melarikan diri dari Magic Academy. Aku terus berharap dia akan mengerti segala hal yang telah kuperbuat. Langkah demi langkah kakiku bergerak tanpa arah tujuan, tanpa mengerti alasan takdir memberiku alur kehidupan yang seperti ini. Tapi, janji waktu itu...dan ayah...

Dalam sekejap, wajah orang itu melintas di benakku, membangkitkan amarah yang sesaat kupendam. Membakar dadaku dengan api dendam yang harus terbalaskan. Aku harus memberinya pelajaran!

Di saat itu pula aku teringat akan suatu tempat yang dikenal sebagai tempat pelatihan bagi para Mage yang ingin menguasai sihir api. Aku pun segera bergegas ke sana, barat daya Land of Dawn. Aku yakin akan menjadi semakin kuat setelah berlatih di sana. Dengan begitu, ketika tiba waktu sesuai janji kita dulu wahai saudaraku, akan kuhancurkan dirimu.

Di sana, aku berlatih siang malam selama 5 tahun sambil berharap hari perjanjian tersebut akan segera datang. Namun... ada sisi lain di dalam diriku yang berharap hari tersebut tidak akan pernah datang. Apa memang lebih baik begitu? Ingin rasanya aku segera terbebas dari rasa ini. Kuharap kehidupanku yang dulu dapat kuraih kembali.

Di sebelah barat sana terdapat sebuah padang pasir nan luas. Tak kusangka dia mencariku hingga sejauh ini. Oh tentu saja dia akan berusaha mati-matian untuk menemukanku. Tipikalnya memang begitu, Gord, dia yang mengajariku sihir yang lebih dalam dan dia pula yang ingin mengambilnya kembali dariku atas pengkhianatan yang telah kulakukan. Dan sudah pasti di balik itu semua, ia ingin membersihkan kembali nama Magic Academy.

Sepertinya saat itu ia melihat hasil eksperimenku di gunung ini sehingga ia bergegas menghampiri. Ya, waktu itu aku hendak menguji kemampuanku. Kuarahkan mantra sihirku ke arah kawah gunung berapi itu. Di luar dugaanku, gunung itu lantas memancarkan kilatan cahaya terang ke langit. Aku yang berada terlalu dekat dengan kawah juga terkena semburan panas di sekujur tubuhku. Salah satu yang akan paling kuingat seumur hidupku adalah bara api yang membekas di mata kananku ini. Tapi tak apa. Aku harus tahan terhadap lahar yang membara itu sembari melanjutkan eksperimenku menggabungkan sihir api milikku dengan api neraka dari gunung ini.

Ketika aku sedang melancarkan eksperimenku, disanalah tiba-tiba aku merasakan angin kencang bertiup seolah-olah ingin menghentikanku. Di saat yang sama, angin itu seakan membawa perasaan yang tak asing bagiku, sebuah nostalgia yang membelai lembut namun tajam menyayat hati. Dia telah datang. Ya, Vale telah datang! Semenjak hari terkutuk itu, akhirnya kami dipertemukan kembali oleh takdir yang kejam. Kau terlihat semakin dewasa ya, wahai Sang Windtalker.

Namun pertemuan ini bukanlah sebuah reuni hangat, melainkan pertarungan antara Sang Windtalker dengan diriku, Son of Flame. Tanpa mengucapkan sepatah katapun kami langsung menyerang satu sama lain dengan kemampuan kami. Namun aku kembali merasakan keraguan. Aku tidak ingin membunuhnya. Kau pun merasakan hal yang sama, kan, saudaraku? Sangat terlihat dari caramu menyerangku yang tidak bersungguh-sungguh. Akan tetapi, tak seorang pun dari kami yang mengakui hal tersebut. Kami terus melancarkan serangan dan aku tahu perpaduan antara kekuatan kami akan memicu letusan dari gunung api ini. Jika gunung ini sampai meletus, aku yakin kami akan terbunuh dalam pusaran api.

Menyadari akan bahaya ini, aku mencoba menghentikannya.

"Hanya tersisa 5 tahun... Tidak bisakah kau menunggu, Vale?!"

Namun sebelum Vale sempat mengungkapkan sepatah kata, aku mendengar suara seseorang dari arah kaki gunung.

"Akhirnya aku menemukanmu, pengkhianat!"

Oh geez! Dia menemukanku di saat yang tidak tepat!

"Aku akan mengambil apa yang menjadi milikku yang telah kau salahgunakan!" lanjutnya.

Aku yang lengah karena terkejut melihat kedatangan Gord akhirnya berhasil dihempaskan oleh Vale. Belum sempat bangkit, Gord balas menyerangku dengan kekuatannya.

"Kau harus mengembalikan apa yang bukan milikmu! Karena bagiku, sihir yang bijak tersebut tidak dapat dinodai seperti ini."

Aku mengerang kesakitan. Tenagaku terasa terkuras, tersedot oleh kekuatan guruku. Sungguh sial sekali nasibku. Aku kehilangan kebahagiaanku, ayahku, saudaraku, segalanya. Mungkin inilah akhirnya. Inilah akhir dari perjuangan seorang Son of Flame untuk membalaskan dendamnya. Kuharap mereka semua mengampuniku, terlebih, kuharap kita akan bertemu kembali, Vale, dalam keadaan yang seperti dulu.

Di saat-saat terakhirku, dimana aku sudah pasrah, tiba-tiba guru menghentikan serangannya terhadapku. Kenapa? Ternyata ia diserang oleh Vale. Saat kulihat mata Vale, aku melihat tatapan yang sama ketika ia meninggalkanku 5 tahun lalu. Tatapan yang mengasihaniku. Sial! Aku bukan orang lemah seperti 5 tahun lalu. Aku tidak butuh simpatimu! Aku segera bangkit untuk menyelesaikan urusanku dengan kedua pria ini.

Gord, guruku yang ingin menghancurkanku atas pengkhianatan yang telah kuperbuat. Vale, saudaraku, tapi ayahnya telah membunuh ayahku. Lihatlah, wahai kalian berdua! Api yang suci ini takkan pernah bisa dipadamkan!

Tak kusangka, akhirnya aku bisa menyatukan sihir api milikku dengan api neraka. Aku merasakan gelombang energi yang sangat kuat mengelilingiku. Dengan kekuatan ini, kita lihat sejauh mana kalian bisa menghentikanku!

Lahar dari Gunung Inferno of Fire seketika menjadi tidak stabil. Sayup-sayup terdengar gumaman Vale mengenai kekhawatiran ayahnya. Cih! Persetan dengan kekhawatiran bedebah itu! Sementara kulihat guruku sangat terkejut. Aku yakin setelah ia melihatku seperti ini, dia akan lebih memilih membunuhku daripada mengampuniku. Tapi siapa peduli. Mulai detik ini aku takkan terkalahkan!

______________________________________________________________


Akhirnya aku melihat hal yang paling dikhawatirkan oleh ayahku. Dia...benar-benar telah kehilangan akal sehatnya! Namun takkan kubiarkan ini berlangsung lama. Aku harus menyelamatkan saudaraku yang bodoh ini! Aku segera menyerangnya dengan kekuatan anginku, disusul gurunya dengan kekuatan sihir murninya. Valir langsung menahan serangan kami dengan mudahnya. Namun kami terus menyerangnya bertubi-tubi dan gelombang yang terpancar dari kekuatan kami bertiga akhirnya menyebabkan gunung api itu meletus. Reruntuhan hebat terjadi, namun Valir menghilang.

Kami berdua mencoba mencarinya namun kami tetap tak menemukannya. Tapi aku yakin dari lubuk hatiku, dia masih hidup. Aku masih bisa merasakannya. Dan janji sepuluh tahun yang tidak diingkari... Lima tahun telah membuat dia tak terkalahkan. Apa jadinya dengan lima tahun kedepan? Bila kuingat kembali matanya yang merah di kala itu, sungguh membuatku merinding. Aku tahu di pertemuan kami berikutnya sudah tidak akan ada kata sahabat maupun saudara lagi. Sepertinya bila kami bertemu lagi, itu akan menjadi pertarungan yang menentukan hidup dan mati kami.

Baik-baik di sana, kawan. Aku menantikan pertemuan kita selanjutnya, walaupun itu berarti aku harus merelakan hidupku di tanganmu.

~Veil of Fire Selesai~

Cerita ini dibuat berdasarkan kisah Valir di situs resmi Mobile Legends: Bang Bang dengan sedikit tambahan dan modifikasi yang ditujukan untuk memuluskan alur cerita.

Gambar bersumber dari Google.

Comments

Popular posts from this blog

Anime: Detective Conan-The Messed Puzzle Part 6 (RUM Theory & Kandidat Keempat)

Anime: Detective Conan-The Messed Puzzles Part 1 (Apakah Asaca itu Rum?)

Anime: Detective Conan-The Messed Puzzle Part 4 (Rum Reveal?)